Culture
Beranda » Blog » Film Drama Epik Perang Kota, Sejarah Berlatar Indonesia Tahun 1946

Film Drama Epik Perang Kota, Sejarah Berlatar Indonesia Tahun 1946

Film Drama Epik Perang Kota, Sejarah Indonesia Tahun 1946

MAJALAHLOGIKA – Film drama epik Perang Kota, Sejarah berlatar Indonesia di tahun 1946. Akhir-akhir ini, industri film Indonesia tampaknya tengah memperluas cakrawalanya, merambah genre-genre yang belum pernah dikenal sebelumnya, dan menyediakan peluang baru untuk ekspresi kreatif melalui alur cerita, estetika visual, dan penampilan gemilang para talenta Indonesia. Munculnya wajah-wajah dan talenta-talenta baru di industri ini, di samping ide-ide inovatif, telah mendorong perfilman Indonesia ke jenjang yang lebih tinggi di panggung global. Pengamat dunia perfilman Indonesia dapat membuktikan pertumbuhan dan evolusi yang pesat dalam industri ini.

Tahun ini telah terjadi lonjakan inovasi yang luar biasa dalam genre film, yang menjadi landasan bagi masa depan yang menjanjikan di tahun 2025, dengan rumor yang beredar tentang jajaran film yang luar biasa dan berkualitas tinggi. Di antara film-film yang diantisipasi tersebut adalah “Perang Kota” atau “This City Is a Battlefield,” sebuah film multifaset yang mencakup unsur-unsur fiksi sejarah, drama, dokumenter, aksi, cerita menegangkan, romansa, dan perang, yang mengambil inspirasi dari karya sastra klasik Indonesia.

Disutradarai oleh sutradara ternama Mouly Surya, “This City Is a Battlefield” menjanjikan akan menghadirkan narasi epik yang berlatar belakang era pasca-kemerdekaan Indonesia, membawa penonton ke dalam perjuangan awal untuk mendapatkan kedaulatan di tengah kekacauan dan pergolakan yang masih ada sejak masa kolonial. Mari kita dalami lebih dalam tentang produksi, pemeran, dan cuplikan apa yang akan disajikan “Perang Kota” untuk penonton.

Sekilas Perang Kota

“Perang Kota” adalah film drama perang yang disutradarai dan ditulis oleh Mouly Surya, yang dikenal atas karya-karyanya yang memenangkan penghargaan seperti “Fiction.,” “What They Don’t Talk About When They Talk About Love,” dan “Marlina the Murderer in Four Acts.” Diadaptasi dari novel abadi karya Mochtar Lubis “Jalan Tak Ada Ujung,” film ini berlatar tahun 1946, tahun yang sangat penting setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia.

Diproduksi bekerja sama dengan CineSurya, Starvision, dan Kaninga Pictures, “Perang Kota” dijadwalkan tayang perdana pada 9 Februari 2025, di Festival Film Internasional Rotterdam ke-54, sekaligus menjadi film penutup acara bergengsi tersebut. Berdasarkan gaya sinematik khas Surya yang ditampilkan dalam karya-karyanya sebelumnya, seperti “Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak,” “Kota Ini Medan Perang” siap menawarkan eksplorasi mendalam tentang pengorbanan dan kemanusiaan di tengah kesengsaraan masa perang.

Sinopsis

Narasinya mengikuti Isa (diperankan oleh Chicco Jerikho), seorang mantan pejuang yang menjadi guru sekolah yang bergulat dengan masalah perkawinan yang berasal dari trauma akibat perang yang telah memengaruhi potensinya. Ditugaskan dengan misi berbahaya untuk menghabisi seorang jenderal Belanda dalam upaya untuk menyalakan kembali semangat juangnya, Isa menavigasi jaringan hubungan yang rumit, termasuk istrinya Fatimah (diperankan oleh Ariel Tatum) dan Hazil yang karismatik (diperankan oleh Jerome Kurnia) yang menyimpan motif rahasianya sendiri.

Berlatar Jakarta pada tahun 1946, Isa, seorang mantan pejuang kemerdekaan dan pemain biola yang berusia 35 tahun, kini mengabdikan dirinya sebagai guru sekolah dasar. Reputasinya sebagai prajurit yang berpengalaman terbentuk selama perang kemerdekaan. Namun, trauma yang dialaminya menyebabkan dia mengalami impotensi. Isa hidup bersama istrinya, Fatimah, dan anak angkat mereka, Salim.

Meskipun Jakarta dalam kekacauan; ditinggal oleh Presiden, dan pernah dibakar oleh Gurkha, Inggris, atau Belanda, Isa tetap membantu revolusi. Bersama sahabat sekaligus siswa biolanya, Hazil—seorang pemuda tampan dengan semangat juang yang tinggi—mereka berjuang bersama. Namun, tanpa sepengetahuan Isa, Hazil menjalin hubungan gelap dengan Fatimah.

Isa dihadapkan pada perubahan dinamika dalam hubungannya dengan istrinya. Dia dan Hazil merancang sebuah rencana berani untuk meledakkan gedung bioskop di Pasar Senen, tempat pejabat Nica Inggris dan sekutu Belanda mereka berkumpul. Target utama mereka adalah Van Mook, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, yang sangat mencintai Indonesia sebagai tanah airnya sendiri. Kini, pertanyaannya adalah, apakah rencana Isa akan berjalan dengan sukses?

Menampilkan pemain ansambel berbakat termasuk Rukman Rosadi, Imelda Therinne, Indra Birowo, bersama aktor internasional seperti Tim Haars, Bart Harder, dan Robbert Bleij, “Perang Kota” menjalin unsur intrik psikologis dan dilema moral, melukiskan potret mencekam perjuangan internal Isa dan dinamika interpersonal di tengah masa-masa yang penuh gejolak.

Mouly Surya menganggap proyek ini sebagai tantangan signifikan baik secara teknis maupun emosional, dengan dukungan internasional dari Hubert Bals Fund dan Purin Pictures yang menggarisbawahi pengakuan global atas mutu dan relevansi film tersebut. Panggung telah disiapkan untuk pengalaman sinematik yang memikat yang melampaui batas dan memikat penonton di seluruh dunia. Antisipasi meningkat untuk peluncuran “This City Is a Battlefield” tahun depan – perjalanan sinematik yang luar biasa menanti!

Apakah Anda tertarik menyaksikan mahakarya sinematik ini di layar lebar? Bersiaplah untuk memulai eksplorasi yang memukau tentang perang, cinta, dan ketahanan dalam Film “Perang Kota”!

Komentar

Tinggalkan Balasan

Bagikan